Fakta baru kasus pembunuhan dan mutilasi HRD Rinaldi Harley Wismanu (32) terkuak saat dua tersangka, DAF (26) alias Fajri dan LAS (27) alias Laeli Atik melakukan rekonstruksi. Pun dengan detik detik sebelum Fajri dan Laeli Atik memutilasi jasa Rinaldi. Rupanya sebelum memutilasi jasad Rinaldi, Fajri dan Laeli Atik mempelajari cara memotong bagian tubuh manusia melalui video di media sosial.
Selepas mempelajari cara memutilasi, Laeli dan Fajri langsung berburu beberapa alat dan perlengkapan sebelum melakukan aksi bejatnya kepada Rinaldi. Sebelumnya diwartakan, kasus pembunuhan dan mutilasi seorang manajer HRD menggemparkan khalayak. Hal itu bermula saat sesosok mayat laki laki ditemukan di salah satu kamar lantai 16 Tower Ebony Apartemen Kalibata City, Pancoran, Jakarta pada Rabu (16/9/2020) malam.
Saat ditemukan, jasad korban dalam keadaan tidak utuh atau dimutilasi. Penemuan jasad tersebut bermula saat anggota dari Polda Metro Jaya menangkap seseorang di Kawasan Depok, Jawa Barat. Penangkapan tersebut berkaitan dengan adanya laporan orang hilang di Polda Metro Jaya, beberapa waktu lalu.
Hingga akhirnya, satu demi satu fakta soal kasus pembunuhan dan mutilasi Rinaldi Harley Wismanu (32) akhirnya terkuak. Pun dengan tabiat keji dua pelaku pembunuhan dan mutilasi, DAF (26) dan LAS (27). Terungkap fakta bahwa dua pasangan kekasih itu tega memutilasi jasad Rinaldi menjadi 11 bagian menggunakan gergaji.
Fakta baru kasus pembunuhan dan mutilasi Rinaldi belakangan kembali terungkap. Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, Dirkrimum Polda Metro Jaya menjelaskan detik detik sebelum Fajri dan Laeli Atik memutilasi jasad Rinaldi. Dikutip dari wawancara Kompas TV, Tubagus Ade Hidayat menyebut bahwa Fajri dan Laeli Atik terlebih dahulu belajar cara memutilasi dari video di media sosial.
Hal tersebut yang mendasari kedua tersangka nekat dan berani melakukan mutilasi kepada jasad Rinaldi. "Dari mana Dia (Laeli Atik dan Fajri) mempelajari cara mutilasi ? Ini dilakukan dengan mempelajari di media sosial, salah satu video di media sosial. Sehingga dia melakukan mutilasi itu mendasari kepada video video di media sosial," pungkas Tubagus Ade Hidayat. Selepas mempelajari video mutilasi di media sosial, Fajri dan Laeli Atik pun bergerak.
Yakni mencari dan membeli peralatan untuk kebutuhan mutilasi. Termasuk di dalam perlengkapan itu adalah golok dan gergaji. "Setelah dia mempelajari cara mutilasi, barulah dia belanja alat alat yang dibutuhkan pelaku untuk pelaksanaan mutilasi tersebut," sambungnya.
Menurut keterangan Tubagus Ade Hidayat, serangkaian proses mutilasi itu dilakukan berdua yakni oleh Fajri dan Laeli Atik. Namun pada pelaksanaannya, Fajri lah yang lebih dominan memotong bagian tubuh Rinaldi ketimbang Laeli Atik. Aksi keji dua tersangka yakni membunuh dan memutilasi Rinaldi menyita perhatian pihak kepolisian.
Namun ada hal yang paling disorot pihak kepolisian, yakni sosok tersangka wanita di kasus pembunuhan dan mutilasi Rinaldi Harley Wismanu. Polisi berujar bahwa Laeli Atik, tersangka mutilasi Rinaldi adalah sosok yang dikenal cerdas. "Ada sisi menarik khususnya tersangka wanita. Kalau dilihat dari tingkat kecerdasan intelektualnya, itu merupakan orang yang cukup cerdas," pungkas Tubagus Ade Hidayat dalam wawancara di kanal iNews TV, Jumat (18/9/2020).
Kecerdasan Laeli Atik itu terlihat dari latar belakang yang ia miliki. Laeli Atik adalah salah satu lulusan sarjana MIPA di Universitas Indonesia. "Terbukti dia salah satu sarjana lulusan MIPA di universitas terkemuka di Indonesia ini," ujar Tubagus.
Selain itu, Laeli Atik juga pernah menjadi guru privat yang mengajar banyak murid. "Kemudian pekerjaan selanjutnya dia sempat memberikan pelajaran atau jadi guru les atau privat di beberapa orang karena kemampuannya," kata Tubagus Ade Hidayat. Bukan cuma cerdas, Laeli Atik juga ternyata punya prestasi mentereng.
Tersangka wanita kasus pembunuhan dan mutilasi itu pernah menjadi peserta olimpiade mewakili SMA nya. "Dia termasuk orang yang berprestasi. Sebelum peristiwa ini, dia merupakan salah satu peserta olimpiade di tingkat SMA nya," pungkas Tubagus Ade Hidayat. Ketidaksinambungan antara prestasi dan aksi bejat Laeli Atik diduga karena adanya pengaruh dari tuntutan hidup serta media sosial.
"Ini memang kaitan dengan kehidupan perkotaan dan mungkin pengaruh social media, mengubah karakter seseorang sampai fakta yang kita temukan," imbuh Tubagus. Laeli Atik Supriyatin adalah salah satu tersangka yang menjadi dalang di balik pembunuhan HRD Rinaldi Harley Wismanu. Bersama sang kekasih, Fajri, Laeli tega melakukan pembunuhan dan mutilasi kepada Rinaldi, pria yang dikenalnya melalui Tinder.
Sosok Laeli sebagai wanita di balik pembunuhan keji Rinaldi belakangan terkuak. Wanita berusia 27 tahun itu berasal dari Jawa Tengah. Hal tersebut sesuai dengan identitasnya yang tertera di KTP.
Selain itu, berdasarkan KTP, Laeli berstatus belum menikah, sementara Fajri sudah beristri. Rupanya selama ini, Laeli dan Fajri sudah tinggal bersama meski belum menikah. "Tersangka DAF sudah beristri dan dari identitasnya tercatat tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan," kata Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kompol Handik Zusen, Kamis (17/9/2020) malam.
"Keduanya pasangan kumpul kebo dan tinggal mengontrak atau sewa kost, berpindah pindah bersama. Pernah di Depok sampai ke Jakarta," katanya. Menurut Handik, DAF pernah menjadi sopir taksi online. Namun kini berhenti dan bekerja serabutan. "Sementara LAS berjualan kamera drone secara online. LAS juga menguasai pemetaan lokasi lewat aplikasi khusus," katanya.
Handik mengatakan karena desakan ekonomi, keduanya akhirnya berupaya menguasai harta korban Rinaldi, dengan membunuh dan memutilasinya. Tak cuma kehidupannya di masa kini yang terkuak. Sosok Laeli Atik di masa lalu juga ikut terungkap.
Laeli Atik kabarnya berkuliah di UI jurusan Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu, tulisan Laeli Atik di blog yang ia miliki juga ikut diurai khalayak. Pembunuh HRD Rinaldi itu rupanya adalah sosok yang gemar menulis.
Hal itu terlihat dari hasil tulisannya di blog laeliatik.wordpress.com. Melalui tulisannya itu, Laeli tampak mencurahkan isi hatinya. Termasuk perihal kehidupan dan persoalan hidup yang tengah dihadapi Laeli Atik di masa lalu.
Berikut adalah tulisan Laeli Atik berjudul "Bangsa Viking dan Optimisme Gue" : Gue adalah korban dari optimisme gue sendiri selama bertahun tahun. Mulai tahun 2012 gue mulai banyak mengalami kegagalan. Gue selalu berfikir mungkin Tuhan lagi negur gue atas kesalahan kesalahan yang gue lakuin. Mungkin Tuhan pengen gue belajar dari kegagalan gue. Mulai tahun 2012 optimisme gue dalam hidup mulai menghilang, gue gak pengen apa apa, terkadang gue bangun dari kasur dan tiba tiba berkata ”oh gue masih hidup, hari ini gue mengalami apalagi ya” gue gamau mengalami berbagai nasib buruk yang menimpa lagi, gue gaberani menatap hari hari yang akan gue alami nantinya lalu gue memilih buat tidur lagi berjam jam kadang seharian. Gue adalah korban optimisme gue yang overdosis. Tapi tanpa optimisme gue merasa gak semangat menjalani hari hari yang gue lewati.
”Seorang pengecut percaya ia akan hidup selamanya bila ia tetap bersembunyi ketika berada di medan peperangan, Namun di masa tuanya ia tidak akan merasakan kedamaian meski tombak tidak mengenainya” – Hávamál FOLLOW US : Barangkali syair tua zaman Viking tersebut sedikit merubah gue yang mulai kehilangan optimisme dalam hidup. Gue merupakan pengecut yang sering meghindar dari masalah masalah yang gue hadapi, terhadap mimpi mimpi gue, gue terlalu takut untuk gagal ataupun bermasalah dengan orang lain. Gue selalu inget suatu kalimat dalam buku : “ada satu hal yang ikut hilang ketika orang orang meninggal, impian mereka. impian untuk melakukan hal lain dalam kehidupan, kepenatan yang kita rasakan dalam kehidupan sehari hari disebabkan kenyataan sederhana bahwa sebagian besar dari kita sebenarnya memilih untuk melakukan hal lain ”.
Menurut bangsa Viking, surga (Valhalla) adalah tempat bagi orang orang yang menunjukan keberanian didunia. Dengan pemikiran tersebut bangsa Viking kuno gak mau mengalami kematian yang disebabkan oleh usia tua dan bukan karena berperang, sehingga meskipun bangsa Viking gak mewariskan monumen, bangunan, kuil, gereja, kota, kebangsaan, kelompok etnik, dan masakan khas tertentu namun mereka terkenal karena keberaniannya mengarungi samudra dengan perahu kecil yang membinasakan, menjarah, merampok, membunuh dengan kejam dan aksi lainnya mereka lakukan dengan berani. Hidup memang seperti roda yang berputar kadang diatas dan kadang dibawah tapi kalau kita gak berusaha jangan jangan roda itu akan lambat dalam bergerak atau malah jangan jangan ada hal yang membuat roda itu gak bisa berputar. Keberanian bangsa Viking membuat gue sedikit lebih berani atas pilihan yang gue pilih. Hidup bukanlah sandiwara, bukan pula gladi resik, gak ada satu hal yang bisa diraih tanpa melibatkan resiko. Hidup didunia cuma sekali, apakah gue akan menyesal atas pilihan gue pilih ketika gue tua nanti ?